Tugu Pahlawan Tak Dikenal Lambang Penaklukan Minang


Tugu Pahlawan Tak Dikenal adalah sebuah monumen peringatan berupa tugu berbentuk ornamen lingkaran ular naga yang diatasnya terdapat patung berbentuk manusia. Tugu ini terletak di seberang Taman Monumen Bung Hatta atau beberapa meter dari Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia.

Monumen ini dirancang oleh seorang seniman bernama Huriah Adam. Tugunya berbentuk ornamen lingkaran ular naga yang dibangun di tengah sebuah bidang bundar yang dihiasi tanaman yang indah. Di puncaknya berdiri patung pemuda memegang semacam pedang mencerminkan seorang pahlawan. Dahulunya sebelum tersambar petir, patung ini aslinya digambarkan tengah memegang bendera sang pusaka merah putih.

Sejarah

Pada sebuah prasasti yang berada di sekitar tugu menjelaskan tugu ini dibangun untuk mengenang perlawanan para pahlawan yang namanya tak bisa dikenali, yang menjadi korban dalam pergolakan yang terjadi pada Juni 1908 dalam menentang diberlakukannya sistem pajak oleh Belanda. Namun, monumen ini sebenarnya dibangun sewaktu pemerintah Soekarno untuk memperingati kemenangan tentara pusat dalam menundukkan PRRI di Minangkabau.

PRRI merupakan sebuah gerakan yang menuntut adanya otonomi daerah yang lebih luas agar terciptanya keseimbangan sosial. Namun, gerakan ini justru dianggap sebagai sebuah pemberontakan oleh Soekarno sehingga diganjar dengan serangkaian operasi militer yang kelam (pengerahan pasukan militer sewaktu PRRI ini merupakan yang terbesar yang pernah tercatat di dalam sejarah militer Indonesia). Dengan demikian, menurut sejarawan Suryadi Sunuri monumen ini tak lain dibangun sebagai "lambang penaklukan tentara pusat terhadap orang Minang". Keberadaan monumen ini terus dipertahankan sampai sekarang karena militer Indonesia memegang peran kuat di Sumatra Barat setelah PRRI berakhir, "dan tentu saja selama Orde Baru, tidak ada yang berani mencongkel-congkel monumen ini, tempat dilekatkannya lambang supremasi (tentara) pusat di Minangkabau".

Monumen ini dibangun pada tahun 1959, sesudah Bukittinggi diduduki pasukan Resimen Team Pertempuran (RTP) Brawijaya pada bulan Mei 1958, dan diresmikan pada tahun 1965. Namun, catatan lain menyebutkan, peletakan batu pertama monumen ini dilakukan oleh Jenderal Abdul Haris Nasution pada 15 Juni 1963.

Sumber: Wikipedia

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)